Sabtu, 30 April 2011

BAYANG-BAYANG GELAP

Bacaan : Hosea 1:2-9
Setahun: 1 Tawarikh 9-11
Nats: ... maka kegelapan pun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam
menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang
(Mazmur 139:12)



Pemuda itu sedih akibat perlakuan teman-teman di gereja. Mereka
menjauhinya karena tahu ayahnya berselingkuh. Ibunya mengajukan
cerai. Semua orang memperbincangkan isu itu. Lalu mempersoalkan
keaktifannya di kepengurusan pemuda. Ia menemui pendeta,
menyampaikan kesedihan sekaligus kebimbangannya. Ia bertanya,
"Apakah saya tidak layak lagi melayani karena keluarga saya
berantakan?" Pemuda ini tidak sendirian. Banyak orang tidak yakin
pada dirinya akibat bayang-bayang gelap keluarganya.



Alkitab menyingkapkan dengan jujur kehidupan Hosea. Gomer, perempuan
yang dinikahinya, tidak setia. Dari tiga anak yang dilahirkannya,
hanya si sulung yang membawa benih Hosea. Dari nama-nama mereka,
tercermin bahwa kedua anak berikutnya bukan keturunan nabi itu (ayat
6 dan 9). Hosea harus menelan kenyataan pahit memiliki anak-anak
dari buah perzinahan istrinya. Namun, dengan cara-Nya, Tuhan memakai
situasi kelam itu sebagai gambaran ketidaksetiaan Israel kepada-Nya.
Sekaligus, kesetiaan Hosea melukiskan kasih dan kesetiaan Tuhan
sendiri. Artinya, dalam segala keburukan kondisi keluarganya, Tuhan
tetap memakai Hosea.



Dalam kenyataan, banyak keluarga berantakan karena ada anggota
keluarga yang "tidak berjalan di relnya". Suami yang masuk penjara.
Istri yang berselingkuh. Ayah yang pemabuk. Anak yang terjerat
narkoba. Akibatnya, anggota keluarganya harus menelan kenyataan
pahit. Namun, apa mereka tidak layak diberi peran karenanya? Apakah
adil jika mereka ikut "dihukum"? Syukurlah, Tuhan tidak terhalang
memakai hamba-Nya walau ada latar belakang keluarga yang hitam.
Kalau Tuhan saja tidak, mestinya kita juga tidak --PAD

TIDAK ADA KEGELAPAN
YANG DAPAT MENGHALANGI TERANG TUHAN BERSINAR


Hosea 1:2-9

2 Ketika TUHAN mulai berbicara dengan perantaraan Hosea,
berfirmanlah Ia kepada Hosea: "Pergilah, kawinilah seorang
perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena
negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi TUHAN."
3 Maka pergilah ia dan mengawini Gomer binti Diblaim, lalu
mengandunglah perempuan itu dan melahirkan baginya seorang anak
laki-laki.
4 Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Hosea: "Berilah nama Yizreel
kepada anak itu, sebab sedikit waktu lagi maka Aku akan
menghukum keluarga Yehu karena hutang darah Yizreel dan Aku akan
mengakhiri pemerintahan kaum Israel.
5 Maka pada waktu itu Aku akan mematahkan busur panah Israel di
lembah Yizreel."
6 Lalu perempuan itu mengandung lagi dan melahirkan seorang anak
perempuan. Berfirmanlah TUHAN kepada Hosea: "Berilah nama
Lo-Ruhama kepada anak itu, sebab Aku tidak akan menyayangi lagi
kaum Israel, dan sama sekali tidak akan mengampuni mereka.
7 Tetapi Aku akan menyayangi kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka
demi TUHAN, Allah mereka. Aku akan menyelamatkan mereka bukan
dengan panah atau pedang, dengan alat perang atau dengan kuda
dan orang-orang berkuda."
8 Sesudah menyapih Lo-Ruhama, mengandunglah perempuan itu lagi dan
melahirkan seorang anak laki-laki.
9 Lalu berfirmanlah Ia: "Berilah nama Lo-Ami kepada anak itu,
sebab kamu ini bukanlah umat-Ku dan Aku ini bukanlah Allahmu."


Ditulis oleh penulis-penulis Indonesia
Diterbitkan dan Hak Cipta (c) oleh Yayasan Gloria

Jumat, 29 April 2011

PANTASKAH

Bacaan : Amsal 31:1-9
Setahun: 1 Tawarikh 3-5
Nats: Tidaklah pantas bagi raja, hai Lemuel, tidaklah pantas bagi raja
meminum anggur, ataupun bagi para pembesar mengingini minuman
keras (Amsal 31:4)


Sari berang. Istri pendeta tadi menegurnya di gereja, karena ia
mengenakan kaus dan rok mini ketika mengikuti ibadah Minggu. "Kita
perlu berpakaian pantas saat beribadah, " kata istri sang pendeta.
Di dalam hati Sari mengumpat, "Apanya yang tidak pantas? Tidak
bolehkah aku mengikuti perkembangan mode? Apakah menurut Alkitab,
memakai rok mini itu dosa?"



Pantas artinya cocok, sesuai, patut, atau layak. Berbicara soal
kepantasan tidak selalu berkaitan dengan dosa. Ini menyangkut hikmat
dalam membawa diri, sesuai dengan status dan lingkungan. Di Israel,
misalnya, tidak ada larangan bagi raja untuk meminum anggur. Rakyat
jelata pun biasa minum anggur sampai mabuk guna melupakan sejenak
susahnya hidup (ayat 6, 7). Dalam pesta perjamuan raja, minum anggur
adalah hal biasa. Namun, Lemuel dinasihati ibunya untuk tidak
meminum anggur. "Tidaklah pantas bagi raja meminum anggur, "
katanya. Mengapa? Minuman keras bisa memabukkan. Jika seorang kepala
negara mabuk, ia tidak dapat memutuskan perkara dengan benar dan
adil. Akibatnya, rakyat bisa menjadi korban ketidakadilan dan
penindasan!



Bicara soal kepantasan bukan melulu mempersoalkan benar salahnya
suatu tindakan. Ada hal yang tidak salah, tetapi tidak pantas
dilakukan oleh seorang dengan status atau jabatan tertentu. Orang
bisa tersandung jika melakukannya. Setiap kita berstatus "orang
kristiani". Sebagian lagi bahkan pemimpin kristiani.
Sering-seringlah bertanya pada diri sendiri: Sudahkah saya bersikap,
berperilaku, berbicara dan berpenampilan pantas, sesuai status yang
saya sandang? --JTI

HANYA ANAK KECIL YANG SELALU BERTANYA "BOLEH ATAU TIDAK"
SEORANG DEWASA PERLU BERTANYA "PANTAS ATAU TIDAK"



Amsal 31:1-9

1 Inilah perkataan Lemuel, raja Masa, yang diajarkan ibunya
kepadanya.
2 Apa yang akan kukatakan, anakku, anak kandungku, anak nazarku?
3 Jangan berikan kekuatanmu kepada perempuan, dan jalanmu kepada
perempuan-perempuan yang membinasakan raja-raja.
4 Tidaklah pantas bagi raja, hai Lemuel, tidaklah pantas bagi raja
meminum anggur, ataupun bagi para pembesar mengingini minuman
keras,
5 jangan sampai karena minum ia melupakan apa yang telah
ditetapkan, dan membengkokkan hak orang-orang yang tertindas.
6 Berikanlah minuman keras itu kepada orang yang akan binasa, dan
anggur itu kepada yang susah hati.
7 Biarlah ia minum dan melupakan kemiskinannya, dan tidak lagi
mengingat kesusahannya.
8 Bukalah mulutmu untuk orang yang bisu, untuk hak semua orang
yang merana.
9 Bukalah mulutmu, ambillah keputusan secara adil dan berikanlah
kepada yang tertindas dan yang miskin hak mereka.


Ditulis oleh penulis-penulis Indonesia
(c) oleh Yayasan Gloria